Halaman

Senin, 17 Februari 2014

Pilihan...

Kemudian hari ini aku diberikan dua buah pilihan yang sama-sama belum dapat dipastikan akhirnya… Ketika hati bahkan tidak memiliki satu pun pilihan yang tersisa hanya rasa hampa. Begitu berat rasa itu sehingga untuk mendapatkan asa bahwa masih ada seseorang yang diciptakan untukku diluar sana sangatlah membebani perasaanku. Berapa banyak doa yang telah aku panjatkan, berapa banyak usaha yang sudah aku lakukan, belum satu pun yang mendapatkan jawaban. Kadangkala aku marah, berteriak dalam hati, menyalahkan masa lalu, merasa bahwa semua ini tidak adil untukku. Harus berapa banyak waktu lagi yang perlu aku jalani untuk menemukan seseorang itu. Beberapa tahun telah berlalu dalam kesendirian, kesepian, dan penantian. Fakta ini tidak berubah sedikit pun sampai detik ketika tanganku menulis rangkaian kata-kata ini. Baiklah, detik ini juga ada yang sedang mendekatiku. Bahkan datang kabar baru bahwa ada seseorang yang ingin mengenaliku. Lihat? Qada dan qadar sedang bermain denganku. Aku memang belum bisa menentukan pilihan. Bagaimana bisa kalau keduanya tidak mendapatkan kesempatan yang sama adilnya? Iya kan? Mereka bilang jalani saja dulu. “Mana yang membuatmu lebih nyaman itu yang sebaiknya menjadi pilihanmu”. Oke, satu orang sedang mendapatkan kesempatannya, sedangkan yang satunya lagi aku saja belum satu kali pun berhubungan dengannya. Hahahaha lucu ya? Iya, lucu. Sebegitu pemikirnya aku mengenai masalah ini sehingga terkesan mendahului qada dan qadar itu sendiri. Jika ini efek yang tersisa dari kegagalan masa lalu ku artinya aku gagal. Aku pikir sudah dapat bangkit kembali dari rasa kecewa dan terluka yang sangat dalam. Kenyataannya tidak begitu dengan persaanku. Seakaan telah membohongi diri sendiri dan juga orang-orang terdekatku saja. Maaf, waktu belum cukup membuatku menerima perlakuan yang semena-mena dari seorang laki-laki. Let it flow! Aku sudah melakukannya. Air mengalir selalu berasal dari tempat yang tertinggi menuju tempat terendah kan? Berarti aku harus menemukan seseorang yang merendah tapi sekaligus dapat meninggikanku. Bingung? Sama. Hanya saja kini ketika hampir memiliki dua buah pilihan yang semu, semua itu akan aku pilih dengan kearifan hati. Bertanya pada Tuhanku dan ibuku. Aku tak ingin memiliki penyesalan dikemudian hari. Sungguh itu perbuatan yang amat sia-sia karena telah aku rasakan berkali-kali. Tuhanku, berikan aku kesempatan untuk memperoleh kasih sayang dari dia yang telah Kau janjikan hidupku untuknya dan hidupnya untukku. Berikan aku kesempatan pula membahagiakan kedua orang tuaku dengan memiliki dia yang dapat membahagiakan mereka. Berikan aku kesempatan untuk membahagiakan orang-orang yang telah berbuat kebajikan dalam hidupku. Jadikanlah ini sebuah kekuatan doaku agar Engkau menoleh pada doa dan harapanku. Buatlah aku dapat membuktikan pada diriku sendiri bahwa ini adalah jawaban dari ujian yang Engkau berikan dalam selembar fase kehidupanku. Amin ya rabbal ‘alamin.

Jumat, 30 Agustus 2013

Surat Kepada Tuhanku Untuk Calon Suamiku

"Kepada Allah Tuhanku yang Esa, Doaku disetiap waktu yang aku panjatkan kepada-Mu belum mendapatkan jawaban. Bahkan sebuah petunjuk pun tidak dapat aku artikan. Ya Rabb, Kepada calon suamiku kelak, kirimkanlah dia seseorang yang mampu membahagiakanku meski dengan sebuah tindakan sederhana. Berikanlah aku seorang suami yang sabar dalam menghadapi sikap dan perilaku kasarku, kekeraskepalaanku, keegoisanku, ketidaksabaranku, ketidaksempurnaanku. Berikanlah aku seorang suami yang mengimamiku disetiap ibadahku kepada-Mu meski kami haruslah saling mengingatkan tentang-Mu. Berikanlah aku seorang suami yang dapat merebut hati kedua orang tuaku, adik-adikku dan seluruh keluarga besarku, memperlakukan mereka dengan baik layaknya kedua orang tua kandungnya dan keluarganya pula. Ya Tuhanku yang Maha pengasih, Kepada calon suamiku nanti, jadikanlah dia yang mampu membawa kedamaian dalam hidup kami, yang dapat aku jaga nama baiknya, yang dapat aku sayangi dirinya dengan segenap jiwa ragaku. Calon Suamiku, Disaat surat ini ku tulis dengan segenap hati, inilah yang terpikirkan olehku. Jika nanti disaat kau membacanya dan tidak berkenan atas doaku hari ini, maafkanlah aku wahai suamiku yang telah Allah ta’ala kirimkan untukku. Engkau disini hari ini, bersama kita melalui beberapa hari yang telah dilalui adalah seseorang yang aku mohonkan dari-Nya. Aku meminta engkau ada dengan beberapa tetes air mata. Aku meminta engkau ada untuk kebahagiaanku dan kebanggaan bagi kedua orang tua dan keluargaku. Aku meminta engkau dihadirkan dalam hidupku karena aku tahu kita saling membutuhkan untuk saling melengkapi, untuk menyempurnakan sunah Rasulullah SAW. Aku meminta engkau diberikan kepadaku tanpa aku memikirkan seseorang yang pernah atau belum pernah aku temui. Aku hanya memintamu secara acak dari-Nya karena aku tahu disetiap doa yang aku panjatkan berulang kali hanya untuk menunda pertemuan kita. Aku menyadari wahai suamiku tersayang bahwa ketika doa-doaku sebelum kita dipertemukan masihlah kurang dikarenakan aku terlalu memikirkan sesuatu yang tidak perlu, kekurangan dalam mengabdi pada Ilahi Rabbi, kekurangajaranku pada kedua orang tuaku. Aku bersyukur ya suamiku, hari ini engkaulah yang ada disini untuk membaca surat ini. Ini adalah kadoku untukmu, doaku untuk calon suamiku karena aku tahu engkau telah ditetapkan Dia hanya buatku seorang." Ya Allah Tuhanku yang Maha Pemurah, Wahai suamiku yang terkasih, Ampunkanlah aku ketika doa ini suatu saat disalahartikan karena aku hanyalah manusia yang selalu berkubang dalam dosa. Maafkanlah kesalahanku dalam meminta diatas ketidaktulusan yang terselip atas khilafku sebagai manusia yang alpa. Ikhlaskan doa ini demi kebaikan kita dikemudian hari, aku mohon… 10 Ramadhan 1434 H

Minggu, 07 April 2013

"Kosong"

Kosong..., hampa dalam jiwa yang kesepian. Disetiap renungan yang dalam terasa tak berarti.

Selasa, 11 Desember 2012

Tak Ingin Sendiri (Lagi)

Baru saja hendak membuka lembar baru terpaksa harus aku tutup kembali. Itu adalah pilihan terbaik untuk saat ini. Semoga pernyataanku disetujui ^^

Menemukan seseorang yang dapat dicintai dan disayangi sepenuh hati bukanlah suatu hal yang mudah. Perlu pengorbanan yang cukup banyak sebelum kita benar-benar menemuinya. Butuh kesabaran ekstra ketika hampir saja dilanda kepasrahan. Pasrah menurutku mungkin mendekati kata putus asa.

Oh, tentu saja aku belum pada tahap yang seperti itu. Sekarang aku sedang berusaha ditemukan dan menemukan cinta, hehe. Walaupun sulit tapi aku harus tetap semangat. and this day at my birthday..., I know he will come to my life :)

Senin, 19 Desember 2011

Kelor Berdaun Kecil

Bertemu orang-orang baru, membicarakan hal-hal yang awalnya dianggap tabu. Bercerita, bercanda, berbagi apa yang bisa diberitakan. Sungguh suatu pengalaman seru yang kudapatkan hari ini.

Dunia ini tak hanya selebar daun kelor. Bila dipandangi dari sudut yang berbeda ternyata dunia ini masih sangat luas untuk dijelajahi. Mulai saja berkeliling dari timur, selatan, barat, dan utara begitu seterusnya. Meskipun dilalui beberapa kali kita dapat menemukan hal-hal baru yang sebelumnya tidak kita lihat. Jangan juga merasa heran jika menemukan hal yang terlihat sebelumnya dalam kondisi yang berbeda.

Jujur saja ketika tulisan ini tertuang disini, aku hanyalah wanita yang sangat biasa. Sampai detik ini juga masih tetap wanita biasa yang akan terus mengembangkan kemampuan diri. Untuk itu aku membutuhkan suasana yang berbeda. Keadaan ini sebenarnya bertolak-belakang dengan keseharianku.

Aku lebih sering terkurung dirumah, mengerjakan sesuatu yang jarang dilakukan wanita masa kini. Membereskan rumah dan sebagainya layaknya seorang ibu rumah tangga. Aku sangat menikmatinya dan seringkali tenggelam kedalamnya. Hingga terkadang lupa bahwa diluar sana masih sangat banyak perihal yang tidak diketahui olehku. Teman-temanku sampai mencemaskan kebiasaanku ini. Mereka bertanya apa diriku tidak bosan dengan rutinitas yang hampir tidak pernah bertemu orang-orang lagi.

~to be continued...~

Kamis, 17 Maret 2011

Layang-layang Bulan

Senja, jam belum juga menunjukkan pukul 6 sore. Tepatnya setengah jam yang lalu aku duduk diteras kamarku. Mengamati langit sore yang beragam warnanya. Disebelah kanan dan kiriku langit berwarna abu-abu menandakan mendung akan mengundang hujan, sedangkan tepat ditengah-tengahku terlihat biru dan cerah.

Kuamati langit yang seluas samudera -lautan diatas daratan- itu dengan seksama. Samar-samar terlihat benda kecil yang meliuk-liuk seperti ular yang merayap. Oh ternyata sebuah layang-layang. Ukurannya mungkin sekitar satu cm dari tempat ku melihat, tapi aku yakin ukuran sebenarnya cukup besar.

Layang-layang itu tak sendiri. Sekitar satu depa ukuran tanganku dari ujung kanan ke ujung kiri ada bulan 3/4 yang besar berwarna putih pucat. Masih senja tapi bulan itu tak cukup sabar menunggu malam untuk memperlihatkan dirinya. Suatu pemandangan indah dan tak biasa ditengah kota besar. Jarang-jarang aku temui pemandangan seperti ini. Aku sangat menikmatinya dan perlahan-lahan ku tarik nafas menghirup segarnya senja ini. Kemudian perlahan-lahan lagi ku hembuskan keluar seolah ikut mengeluarkan segala yang ada didalam diriku.

Samar-samar ku dengar suara azan berkumandang. Pertanda telah masuk waktu magrib. Seruan bagi umat muslim untuk menunaikan shalat magrib. Kembali ku dongakkan kepala melihat langit. Tanpa ku sadari bulan itu tak terlihat lagi. Awan mendung menutupinya. Sedangkan layang-layang itu masih tetap meliuk-liuk. Entah siapa yang memainkannya, tapi sebaiknya ia menyudahi petualangannya diudara karena malam telah menjelang.

Aku pun akan mengakhiri keasyikan mengamati langit senja, layang-layang, dan bulan sore ini. Harapanku semoga malam ini bulan itu akan bersinar terang dan layang-layang tak lagi meliuk didalam gelap. Kemudian aku beranjak masuk, menutup pintu sedikit demi sedikit sehingga tertutup rapat.

Rabu, 02 Maret 2011

Antara Aku dan Tuhanku

Kosong. Terasa ada ruang yang hampa didalam hatiku. Seperti gurun pasir yang hanya ada oase menghiasi padang tandusnya. Ibarat unta yang telah berhari-hari tidak diberi minum oleh pemiliknya.

Kekosongan dan kehampaan yang tiba-tiba kurasakan biasanya adalah pertanda bahwa ada yang salah pada diriku. Sesak yang menghimpit dadaku semakin membelenggu perasaanku dengan ketidaknyamanan. Apakah karena aku telah melupakan sesuatu yang sangat penting? Sehingga wajar saja seketika ini aku merasa sangat jauh dan ditinggalkan. Astaghfirullah....

Berkali-kali terucap istighfar dari mulutku disaat aku menyadari apa yang sesungguhnya aku alami. Aku terlalu lena dalam kebahagiaan duniawi sehingga alpa akan kebahagiaan yang hakiki. Bersenang-senang dengan keindahan dunia fana dan terlupa akan adanya keindahan lain yang telah dijanjikan oleh-Nya.

Ini antara aku dan Tuhanku. Begitu tersesatkah hatiku hingga kehampaan didalam hati yang telah diisi dengan zikir dan doa belum mampu melegakan perasaanku. Ingin sekali rasanya menangis namun tak sedikit pun air mata yang keluar membasahi kedua pipiku. Hatiku merintih, berteriak memanggil Tuhanku, "Ya Allah...., astaghfirullahal 'adzim."

Sungguh berat yang menghimpit rongga dadaku. . . .

"Ya Allah, ampunilah hamba-Mu ini atas kesalahan dan kekhilafan yang telah diperbuat. Ya Allah, terangilah pintu hatiku dengan Nur-mu karena sesungguhnya aku takut akan kegelapan."

Sebaris doa aku panjatkan kepada Tuhanku. Berharap agar terlepas dari kehampaan dan kekosongan yang senag merongrong batinku. Ketakutan menghampiri, jika Tuhan menjauhiku.

Pernahkah terpikir olehmu wahai temanku?
Jika Tuhan melupakan umat-Nya, apa yang akan terjadi?

Aku tak pernah sanggup memebayangkan kemungkinan yang terjadi. Sudah banyak contoh yang Dia berikan sebagai peringatan ketika kita sendiri yang melupakan-Nya. Bersegeralah untuk kembali mengingat-Nya. Hanya dengan mengingat Tuhan akan menjadi penawar dari segala kehampaan, kegundahan, dan kebekuan yang merupakan tanda-tanda dari hati yang sakit dan tertinggal oleh nikmat-Nya.

Memang benar bahwa manusia takkan pernah terlepas dari hubungan dengan Tuhannya. Manusia sangat membutuhkan Tuhan didalam hidupnya. Ketika bahagia yang dirasakan, jangan pernah lupa untuk bersyukur kepada-Nya. Begitu pula sebaliknya ketika sedang diuji oleh-Nya, maka bersabar dan berserahlah kepada-Nya.

Tak akan ada ketenangan hati ketika Tuhan sedang menegurku. Gelisah dan gundah, kosong dan hampa. Oleh sebab itu, aku tak pernah mau dijauhi oleh Tuhanku. Berzikir, berdoa dan melantunkan ayat suci-Nya selalu kulakukan agar memperoleh ketenangan dan kesejukan hati.